Posted: November 22, 2011 in Movies, Review
Tags: Alex Meraz, Anna Kendrick, Ashley Greene, Billy Burke, Booboo Stewart, Casey LaBow,Chaske Spencer, Christian Camargo, Christopher Heyerdahl, Jackson Rathbone, Jamie Campbell Bower, Julia Jones, Kellan Lutz, Kristen Stewart, Maggie Grace, Mia Maestro, Michael Sheen, Michael Welch, Movies, MyAnna Buring, Nikki Reed, Peter Facinelli, Review, Robert Pattinson, Sarah Clarke, Taylor Lautner, The Twilight Saga: Breaking Dawn - Part 1, Ty Olsson
Tags: Alex Meraz, Anna Kendrick, Ashley Greene, Billy Burke, Booboo Stewart, Casey LaBow,Chaske Spencer, Christian Camargo, Christopher Heyerdahl, Jackson Rathbone, Jamie Campbell Bower, Julia Jones, Kellan Lutz, Kristen Stewart, Maggie Grace, Mia Maestro, Michael Sheen, Michael Welch, Movies, MyAnna Buring, Nikki Reed, Peter Facinelli, Review, Robert Pattinson, Sarah Clarke, Taylor Lautner, The Twilight Saga: Breaking Dawn - Part 1, Ty Olsson
Jika terdapat satu
kesamaan yang pasti antara Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 1 dengan The Twilight Saga: Breaking
Dawn – Part 1, selain dari jalan cerita kedua film tersebut yang menawarkan
sebuah alur kisah fantasi, maka hal tersebut dapat ditemukan dari kerakusan
para produsernya untuk meraup keuntungan komersial sebanyak mungkin dari para
penggemar berat franchise tersebut. Jujur
saja, seri terakhir dari novel Harry Potter dan The Twilight Sagadapat saja ditampilkan dalam sebuah
film cerita secara penuh – walau harus menghabiskan durasi waktu yang melebihi
durasi penayangan standar film-film lainnya. Namun dengan alasan untuk ‘menampilkan
seluruh esensi cerita yang terdapat dalam bagian terakhir dari seri novel
tersebut,’ para produser film akhirnya membuatkan dua bagian film dari satu
novel tersebut. Please!
Breaking Dawn sendiri jelas
merupakan sebuah bagian cerita dari The Twilight
Saga yang paling dinantikan oleh para penggemar seri tersebut. Tidak
hanya merupakan sebuah film yang menjadi seri pamungkas dari sebuah franchise yang telah dimulai semenjak tahun
2008 lalu, namun di Breaking Dawn pula hubungan
antara ketiga karakter utamanya yang begitu ikonik, Bella Swan, Edward Cullen
dan Jacob Black, diberikan sebuah keterangan yang jelas. Sebuah pernikahan.
Hilangnya sebuah kesucian. Datangnya sebuah kehidupan baru. Sebuah pilihan
antara aborsi atau tetap mempertahankan kehidupan baru tersebut. Dan sebuah
konflik antara dua kelompok yang semakin meruncing. Breaking Dawn jelas merupakan sebuah tahapan yang
lebih dewasa jika dibandingkan dengan seri-seri The
Twilight Sagalainnya.
Dalam The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 1 yang kali ini
berada di bawah pengarahan sutradara Bill Condon – yang sebelumnya mengarahkan
film peraih Academy Awards, Dreamgirls (2008) – Edward
Cullen (Robert Pattinson) dan Bella Swan (Kristen Stewart) akhirnya memutuskan
untuk melanjutkan hubungan percintaan mereka ke tahap yang lebih serius lagi:
pernikahan. Tentu saja, keputusan Bella untuk menikahi Edward membuat
sahabatnya, yang telah sekian lama memendam perasaan cinta padanya, Jacob Black
(Taylor Lautner), patah hati… membuang surat undangan yang dikirimkan Bella
kepadanya, membuka kaosnya, tampil telanjang dada selama 30 detik untuk
kemudian berlari di tengah derasnya hujan, berubah menjadi seekor serigala dan
memutuskan menjauh dari peradaban manusia untuk sementara. Tragis.
Jangan khawatir!
Tepat di malam perayaan pesta pernikahan Edward dan Bella, Jacob kembali dan
memutuskan untuk memberikan restunya pada pernikahan tersebut. Edward dan Bella
sendiri kemudian melanjutkan perayaan pesta pernikahan mereka dalam sebuah
perjalanan bulan madu ke sebuah pulau terpencil di negara Brazil dimana… Bella
berusaha merayu Edward untuk berhubungan intim dengannya dan Edward berusaha
untuk menahan insting vampir-nya agar tidak membunuh Bella ketika mereka
sedang… well… bercinta. Dan boom! Beberapa hari setelah Edward berhasil ‘menunaikan
tugasnya’ sebagai seorang suami, Bella kemudian hamil! Sesuatu hal yang tidak
terduga sebelumnya. Kehamilan Bella sendiri kemudian memberikan masalah baru
karena janin yang berada di rahim Bella tersebut tumbuh secara cepat dan mengancam
kehidupan orang yang mengandungnya.
Seperti yang telah
diungkapkan di bagian awal, The Twilight Saga: Breaking
Dawn – Part 1 mengandung begitu banyak bagian cerita yang sebenarnya dapat
saja dipangkas dan ditiadakan kehadirannya untuk kemudian dapat memadatkan
keseluruhan isi cerita dari novel Breaking
Dawn menjadi satu film. Maksudnya… apakah benar-benar perlu untuk
menampilkan prosesi pernikahan antara karakter Edward dan Bella yang sama
sekali minim drama secara penuh? Apakah penonton perlu untuk menyaksikan
keseluruhan bagian ketika karakter Bella berusaha meyakinkan karakter Edward
untuk mau bercinta dengannya? Apakah penonton perlu tahu bahwa keduanya
menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu bersama dengan bermain catur atau
berenang bersama di bawah derasnya aliran sebuah air terjun? Tidak. Tidak.
Tidak. Namun untuk memenuhi kuota durasi waktu sebuah film, adegan-adegan tersebut
ditampilkan dengan durasi yang panjang dan dialog-dialog yang terdengar konyol.
Jadi jangan heran jika keseluruhan adegan pernikahan serta bulan madu karakter
Edward dan Bella menghabiskan durasi satu jam dari The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 1.
Pun begitu, tidak
dapat dipungkiri bahwa pengarahan Bill Condon mampu memberikan sebuah atmosfer
baru dalam pengisahan jalan cerita franchise ini. Walaupun
deretan adegan tersebut sangat terkesan begitu dipanjang-panjangkan durasinya,
namun mampu dihadirkan dengan tata produksi yang begitu mewah dan sangat nyaman
untuk disaksikan. Oh, mereka yang sebelumnya telah setia dalam mengikuti setiap
perkembangan versi film dari The Twilight Sagasepertinya tahu
mengenai kualitas seperti apa yang akan mereka dapatkan dalam seri kali ini.
Dan sepertinya hal tersebut akan cukup berbuah manis. Ekspektasi rendah akan
membuat Anda akan cukup mampu terhibur dan menikmati setiap ‘kekonyolan’ jalan
cerita yang hadir dalam The Twilight Saga: Breaking
Dawn – Part 1.
Setidaknya, jika
satu jam pertama dari The Twilight Saga: Breaking
Dawn – Part 1 tidak memberikan sebuah perjalanan emosional yang cukup untuk
Anda, Condon masih mampu menyuplai beberapa adegan dengan jalan cerita yang
lebih kuat pada paruh kedua film ini. Diisi dengan adegan perjuangan karakter
Bella dalam mempertahankan janin yang ia kandung serta sebuah konflik yang kian
terbuka antara klan vampir dan klan serigala, alur emosional film ini mulai
mampu tampil dan harus diakui cukup berhasil untuk dapat tampil menarik,
khususnya dengan bantuan tata rias yang diberikan pada Kristen Stewart untuk
menekankan perjuangan yang ia lalui. Sekali lagi, jika saja bukan Condon yang
berada di kursi penyutradaraan film ini, mungkin saja The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 1 gagal untuk tampil
lebih berwarna daripada seri-seri sebelumnya.
Bill Condon juga
sepertinya mendengarkan banyak kritikan terhadap seri-seri The Twilight Saga sebelumnya.
Terlalu banyak Taylor Lautner tampil telanjang dada memang tidak baik untuk
daya pemikiran banyak. Terlebih jika ia tampil telanjang dada dengan kemampuan
akting yang jauh dari kata memuaskan. Dalam The
Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 1, adegan yang melibatkan karakter
Jacob Black diminimalisir, yang berarti Anda akan melihat Taylor Lautner dalam
durasi waktu yang lebih sedikit. Ia juga tidak tampil dalam keadaan telanjang
dada setiap waktu. Namun yang paling penting, penonton akan dapat merasakan
bahwa Lautner mengalami perkembangan akting dalam penampilannya. Tidak. Tidak
dalam skala bahwa ia akan memenangkan sebuah Academy Awards. Tapi cukup untuk
membuat Anda dapat merasakan bahwa ia telah berusaha untuk menampilkan
kemampuan aktingnya.
Oh tentu. Kellan
Lutz masih tampil dengan cara berbicara dan ekspresi yang kelewat datar (dan tata
rias yang juga kelewat tebal?). Namun selain Lutz, deretan pengisi departemen
akting The Twilight Saga: Breaking
Dawn – Part 1tampil dalam penampilan akting yang tidak lebih mengecewakan
dari seri-seri sebelumnya. Chemistry yang terjalin
antara Pattinson dan Stewart tampil lebih kuat dalam seri ini. Para pemeran
karakter pendukung, walaupun hadir dengan durasi penampilan yang terbatas, juga
mampu memberikan tambahan warna tersendiri bagi jalan cerita film ini. Sama
sekali tidak mengecewakan, dan dalam dunia The
Twilight Saga, kata tersebut adalah sebuah pencapaian yang cukup gemilang.
Jadi… kemana The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 1 akan membawa
penontonnya kali ini. Secara tematis, seri kali ini memang merupakan sebuah
lompatan kedewasaan yang cukup jauh. Tidak hanya itu, The Twilight Saga: Braking Dawn – Part 1 juga menandai
sebuah lompatan kualitas yang berhasil dicapai oleh sutradara Bill Condon.
Tentu saja lompatan tersebut tidak tampil begitu jauh. Namun dengan apa yang
telah ditampilkan film-film yang ada dalam franchise seri ini sebelumnya,
adalah cukup aman untuk mengatakan bahwa The
Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 1 adalah bagian terbaik dari
keseluruhan franchise ini. Tidak akan
memenangkan sekelompok penggemar baru. Tapi setidaknya cukup untuk memuaskan
mereka yang telah lama mengikuti perjalanan franchise ini atau justru
semenjak lama telah jatuh cinta dengannya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar