Di sebuah kerajaan,
hiduplah seorang anak perempuan bersama ibu tiri dan kedua kakak tirinya. Anak
perempuan ini sangat cantik dan baik hati. Sedangkan ibu dan kedua kakak
tirinya sangatlah jahat. Mereka mempekerjakan anak perempuan ini di rumahnya
sendiri. Setiap hari anak perempuan ini harus mengerjakan seluruh pekerjaan
rumah. Ibu tirinya selalu membentaknya. Sementara kedua kakak tirinya selalu
mengoloknya dan memanggilnya Cinderella yang artinya gadis kotor dan penuh
debu. Menurut kedua kakak tirinya, itu adalah nama yang cocok untuk anak
perempuan ini.
Pada suatu hari
datanglah pengawal kerajaan yang menyebarkan surat undangan pesta dari istana.
Kedua kakak tiri Cinderella sangat senang, “Asyik… kita akan pergi dan
berdandan secantik-cantiknya. Kalau Pangeran memilihku untuk menjadi ratunya,
ibu pasti akan gembira.”. Ibu tiri Cinderella juga sangat senang dan berkata
pada kedua putrinya, “Kalian harus berdandan secantik- cantiknya. Kalian harus
menarik perhatian Pangeran agar jatuh cinta pada kalian.”.
Hari yang dinanti
tiba. kedua kakak tiri Cinderella mulai berdandan dengan gembira. Mereka
memulaskan pemerah pipi dan bibir di mana- mana. Mereka mengenakan gaun indah
yang sudah dipersiapkan sebelumnya, mematut- matut diri di depan cermin,
berputar- putar dan tertawa- tawa gembira. Ibu mereka pun tidak mau kalah. Dia
turut membenahi pakaian mereka yang masih kurang, menambahkan perona wajah di
pipi kedua anaknya, berharap Pangeran akan memilih salah satu anaknya.
Cinderella melihat
mereka berdandan dan merasa sangat sedih. Dia ingin ikut mereka berpesta,
tetapi ibu dan kedua kakak tirinya tidak mengijinkannya ikut ke pesta. “Baju
pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?”, kata kakak
Cinderella.
Setelah semua
berangkat ke pesta, Cinderella kembali ke kamarnya. Ia menangis
sekeras-kerasnya karena hatinya sangat kesal. “Aku tidak bisa pergi ke istana
dengan baju kotor seperti ini, tapi aku ingin pergi”. Cinderella menangis
meratapi nasibnya. Dia menangis dan teringat pada ayahnya, “Andai saja Ayah
masih ada, pasti aku akan dibelikannya gaun indah untuk pergi ke istana”.
Tiba- tiba muncullah
seorang peri di depan Cinderella. “Cinderella, berhentilah menangis. Kau anak
yang baik, Cinderella. Tidak seharusnya kau bersedih dan menangis.
Tersenyumlah. Wajahmu akan bertambah cantik saat kau tersenyum,” kata peri
tambun berbaju biru itu. Cinderella masih terisak sambil bersimpuh di lantai,
“Bagaimana aku bisa tersenyum, duhai Peri. Aku ingin datang ke pesta bersama
kakak- kakakku, tapi mereka tidak mengijinkanku datang ke pesta karena aku
tidak memiliki baju yang pantas”. Peri tersenyum dengan sangat ramah,
“Cinderella, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal”. Cinderella merasa
bingung dengan permintaan peri, tetapi dia tetap melakukannya. Cinderella
mengumpulkan tikus- tikus dan kadal- kadal di rumahnya.
Setelah semuanya
dikumpulkan Cinderella, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di
halaman belakang. “Sim salabim!” peri berteriak sambil menebar sihir dari
tongkat ajaibnya. Terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat
ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Sebuah labu besar
di kebun, berubah bentuk menjadi kereta berwarna emas. Yang terakhir,
Cinderella berubah menjadi putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat
indah dan sepasang sepatu kaca.
Karena gembiranya,
Cinderella mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya seperti kupu-kupu.
Peri berkata, ”Cinderella, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul
dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam”. “Iya
Peri. Aku akan pulang sebelum pukul dua belas malam. Terima kasih, Peri,” jawab
Cinderella. Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderella menuju istana.
Setelah tiba di
istana, Cinderella langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua
yang hadir tertuju pada Cinderella. Mereka sangat kagum dengan kecantikan
Cinderella. “Cantiknya Putri itu. Putri dari negara mana ya?” gumam para
hadirin. Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderella. “Putri yang
cantik, maukah Putri menari dengan saya?” pinta Pangeran sembari mencium tangan
Cinderella. “Baiklah, Pangeran,” jawab Cinderella sambil mengangguk. Mereka
berdua menari, berdansa berputar- putar dalam alunan musik, di bawah pandangan
mata seluruh tamu yang hadir. Ibu dan kedua kakak Cinderella yang berada di
situ merasa iri pada putri cantik tersebut dan mereka tidak menyangka kalau
putri yang cantik itu adalah Cinderella.
Pangeran terus
berdansa dengan Cinderella. “Selama ini, saya mengidamkan wanita seperti
Putri,” kata sang Pangeran. Karena bahagianya, Cinderella lupa akan waktu. Jam
mulai berdentang 12 kali. Cinderella sangat terkejut, “Maaf Pangeran, saya
harus segera pulang”. Cinderella menarik tangannya dari genggaman pangeran dan
segera berlari ke luar istana. Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah,
tapi Cinderella tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar
Cinderella, tetapi ia kehilangan jejak Cinderella. Di tengah anak tangga, ada
sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderella. Pangeran mengambil sepatu itu. “Aku
akan mencarimu,” katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderella kembali
menjadi gadis yang penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi ke pesta
istana.
Esok harinya, para
pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang memiliki anak gadis.
Seluruh rumah di seluruh pelosok negeri didatangi untuk mencocokkan sepatu kaca
dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal
tiba di rumah Cinderella. “Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu
kaca ini,” kata para pengawal. Kedua kakak Cinderella mencoba sepatu tersebut.
Kakak pertama mencoba sepatu tersebut, tetapi kakinya terlalu besar. Dia
memaksakan kakinya masuk dan sangat gembira saat kakinya dapat masuk ke sepatu
kaca. Tetapi, saat kakak pertama berjalan, dia merintih kesakitan karena
kakinya yang terlalu besar dipaksakan untuk masuk ke sepatu kaca mungil itu.
Kakinya pun lecet di mana- mana. Lalu kakak pertama melepas sepatu kaca dan
menyuruh adiknya mencoba. Kaki adiknya pun terlalu besar untuk sepatu kaca
tersebut. Dia pun menyerah mencoba karena kesakitan.
Pada saat itu,
pengawal melihat Cinderella, “Hai kamu, cobalah sepatu ini!” katanya. Ibu tiri
Cinderella menjadi marah, ”Tidak akan cocok dengan anak ini!” tetapi pengawal
tetap menyuruh Cinderella mencoba sepatu tersebut. Kemudian Cinderella
menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. Sangat pas dan
tampak manis di kaki Cinderella. “Ah! Andalah Putri itu,” seru pengawal
gembira. Ibu dan kedua kakak tiri Cinderella sangat marah dan iri pada
Cinderella, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa- apa.
“Cinderella, selamat,”
Cinderella menoleh ke belakang dan peri sudah berdiri di belakangnya. “Mulai
sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!” katanya. Begitu
peri membaca mantranya, Cinderella berubah menjadi seorang putri yang memakai
gaun pengantin. “Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua
belas kali,” kata sang peri. Cinderella diantar oleh tikus-tikus dan burung
yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana, Pangeran menyambutnya
sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderella menikah dengan Pangeran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar